Pertemuan Masalah Asuransi Kesehatan Ruang Meeting B Club House
Integra sebagai Broker resmi asuransi kesehatan karyawan PT SPV mempresentasikan pengelolaaan asuransi kesehatan karyawan kepada Manajemen dan Serikat Pekerja 29 September 2011 yang lalu. Dihadiri langsung oleh Presiden Direktur, Mr. Kalt dan Mr. Ian Colley. Dalam pertemuan tersebut HRD diwakili oleh Bapak Deden (Senior Manager HRD) dan Manager Service, Bapak Agus ZM. Sedangkan dari Serikat Pekerja, diwakili oleh ketua, Sekretaris dan wakil Bidang Kesra.
Tim Integra yang dipimpin oleh Ibu Anggraini mempresentasikan
TREND OF BENEFIT IMPROVEMENT yang diberikan dalam pelayanan kesehatan ini yang semuanya dikatakan mengalami kenaikkan. Menurut paparannya, Pelayanan kesehatan untuk karyawan SPV jauh lebih baik dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan disekitarnya. Menurutnya lebih lanjut, bahwa peningkatan tersebut ditunjukan dengan diantaranya, karyawan yang bisa bebas dan fleksibel dalam memilih rumah sakit dan untuk RS Bayu Asih karyawan SPV mendapatkan pelayanan di VIP Room. Kemudian obat yang tidak terbatas, pemberian kacamata tidak hanya kepada karyawan tetapi untuk keluarganya, santunan untuk biaya persalinan normal 1 – 1.25 juta dan Cesar 6.12 juta, dan Vitamin yang di cover Rp 100.000/ tahun.
SPSI melalui Triswanto sangat memberikan apresisasi kepada manajemen yang sudah memperhatikan masalah kesehatan karyawan dengan meningkatkan benefit yang didapatkan oleh karyawan dengan mengeluarkan dana yang tidak sedikit. Dan SPSI akan memberikan konstribusi kepada manajemen dengan membantu mengontrol agar biaya besar yang dikeluarkan tersebut benar-benar dapat dinikmati oleh karyawan. Ditegaskannya bahwa peranan SP yang tidak hanya mengontrol kesehatan, tetapi juga kantin, sepatu dan baju seragam dan transportasi adalah semata-mata untuk membantu manajemen agar pengelolaan dana yang dikeluarkan tersebut bisa mencapai hasil yang optimal dan terasakan oleh seluruh karyawan. Bagi SP, adanya trend Excess Claim di tengah karyawan meski sekarang cenderung turun dari 700 juta menjadi 400 juta tetap menjadi indikator yang signifikan bahwa pelayanan kesehatan yang diberikan oleh Manajemen belum optimal. Terlepas dari adanya excess claim tersebut Atas Permintaan Sendiri – APS (base own request) ataupun karena terbatasnya limitasi pengobatan (limitation of budget of employer).
SPSI sangat berharap, perusahaan kita bisa belajar dari “Negeri Tetangga” yang bisa memberikan fasilitas Zero Excess Claim bagi karyawannya. Meski kita tidak tahu persis berapa dana yang mereka keluarkan dan sistem yang mereka gunakan, yang jelas Manajemen kita bisa mencontoh agar masalah excess claim ini tidak menjadi momok bagi karyawan yang menghadapi pensiun yang harus bergulat dengan potongan gaji karena adanya excess claim tersebut. Yang menurut Integra turun menjadi Rp. 400 juta pada tahun 2010-2011 ini. SPSI juga mengajak Manegemen untuk mencari solusi penyelesaian excess claim tersebut agar tidak menjadi beban bagi karyawan.
SPSI juga menyampaikan agar medical check up bisa dilaksanakan kembali setelah 2 tahun tidak berjalan. MCU ini sangat penting bagi karyawan untuk mengontrol kesehatannya secara menyeluruh dan rutin selain merupakan implementasi dari PKB BAB X Pasal 35 Ayat 1 bahwa
Dalam kesempatan tersebut juga SPSI menganjurkan untuk diadakan Seminar mengenai kesehatan kepada karyawan supaya mereka bisa mengerti tentang pentingnya menjaga kesehatan dengan melaksanakan polah hidup sehat yang dianjurkan.
Menanggapi hal tersebut Mr. Kalt akan memberikan fokus khusus kepada pemecahan kasus Excess Claim untuk meminimalisasi terjadinya excess claim. Mr. Ian juga mendukung hal tersebut bahwa harus dilakukan suatu analisa yang intensive terhadap excess claim sehingga di masa yang akan datang kita mempunyai suatu sistem pengelolaan kesehatan yang lebih baik dengan tidak adanya Excess Claim lagi. Manajemen berharap kepada karyawan melalui SPSI untuk memberikan kepercayaan penuh kepada Manajemen yang akan selalu peduli untuk memberikan dan meningkatkan fasilitas kesehatan kepada karyawannya secara terus menerus. Hal ini diawali dengan niat manajemen yang akan merekrut satu orang ahli khusus untuk mengurusi masalah kesehatan secara professional. (JS)